Posts

Showing posts from July, 2014

Last day on July : semeriah-meriahnya hari

Last day on July, masih musim panas di Bonn Pagi-pagi, saya temani mbak Ayu perpanjangan visa di Auslanderarmt. Jam 8 pagi, kami sudah di sana dan dilayani dengan petugas yang lembut sekali. Beliau tidak keberatan berbahasa Inggris, padahal saya dibawa karena salah  satu syarat membuat perpanjangan visa bagi yang tidak bisa berbahasa jerman adalah membawa seseorang yang bisa berbahasa jerman. Ups, jangan salah, saya adalah cadangan terakhir setelah dua orang yang seharusnya menemani mbak ayu tidak bisa menemani. Sambil mengurus kami, si mas yang lembut itu memutar radio dengan lagu-lagu berbahasa inggris yang menjadikan suasana lebih terasa seperti di sebuah cafe daripada sebuah ruangan di ruang imigrasi yang kaku. Beres urusan di imigrasi, kami sarapan pagi di Mc.Donald Cafe, warung kopi murah meriah, kali ini saya salah pesan, pengennya segelas coklat putih malah kesebut coklat panas. Hahaha, bahasa jerman saya memang makin gak jelas. Kami duduk ngobrol ini itu sambil sarapan bro

Lebaran jilid tiga di Jerman

Lebaran kali ini saya memilih escape dari Bonn dan merayakannya di Hamburg. Ini lebaran kali ketiga di Jerman, setelah dua tahun lalu saya merayakannya di Dortmund dan Stuttgart. Bonn terlalu hening untuk momen lebaran, saya sebatang kara di Bonn. maka ketika di Hamburg, hari meugang kami sudah selesai memasak lontong, sambal goreng hati, rendang, tauco, dan sayur lodeh. Malam lebaran, saya berbuka dengan lontong dan sukses membuat perut saya kaget-kaget karena Ai yang membuat rendang dan sambal hati dengan level kepedasan yang cukup heboh. Pagi lebaran kami naik kereta ke KJRI. Lebaran kali ini, khutbahnya dalam bahasa Indonesia bersama teman-teman sebangsa senegara. Pulang salat, kami jalan-jalan di zentrum sebentar lalu pulang buat ngelontong lagi. Besoknya pagi-pagi saya balik ke Bonn. lima jam di kereta, saya duduk sendirian tertidur tidur dan tak sampai-sampai. Hari ini, saya sudah di kantor. Meski kondisi belum fit, saya harus datang. Teman seruangan saya janji mem

sore di halte ketika dia menahan pintu tram itu untuk saya

Bonn panas sekali kemarin. Saya duduk gelisah di halte tram, menunggu teman saya dari Koeln, berharap keretanya tidak terlambat sampai Bonn. Kami janjian pergi berbuka bareng dengan teman-teman pengajian Bonn. Tiba-tiba sesuatu terlihat sangat menarik, seorang ibu, dengan segelas smoothie berwarna pink lewat dihadapan saya. Pukul delapan sore, setelah belasan jam berpuasa, dan gerahnya hari, membuat saya tertegun. Ah, pasti segar sekali. Sungguh membuat saya ingin sekali merasakan smoothie itu seteguk dua teguk haha.. Lamunan saya buyar, seseorang muncul menyuguhkan senyum dan smoothie pink itu jadi tidak menarik sama sekali. dan lalu kami bicara tentang gerahnya Bonn, rencana lebaran saya yang jauh dari Bonn (dia masih ingat setahun lalu saya juga tidak berlebaran di Bonn), tentang researchnya (yang cuma dijawab dengan helaan nafas panjang dan dahi berkerut), hingga tiba-tiba tram sudah berhenti di halte, dan si mas memberitahukan saya, dia sudah melihat teman saya berlari-lari

cerita sahabat

Kali ini bukan adelaide-adelaide, atau adelaide-bonn, atau padang-bonn, tapi kuala lumpur-bonn. Akhirnya sahabat saya memulai satu petualangan lagi dalam hidupnya, keputusan besar dan diambil dengan sungguh-sungguh. Hal yang paling indah dari sebuah persahabatan adalah tetap bisa berbagi mimpi dan kisah. Kali ini kisahnya tentang tetap menjadi seorang perempuan yang tau apa yang diinginkannya dan tidak kalah oleh tekanan, keterbatasan, dan percaya untuk tetap bermimpu. Sahabat saya berani memilih yang terbaik untuk hidupnya dan dia tau dia memiliki pilihan-pilihan itu. Saya juga nanti pengen seperti sahabat saya, berani melihat pilihan-pilihan yang ada dan tidak kalah dengan apa yang dianggap normal, wajar, seharusnya, sepatutnya kami lakukan. Kami sudah berjalan sejauh ini, tidak ada alasan untuk merasa tidak berdaya dan hanya menerima. Toh, hidup cuma sekali. Hanya saja, mimpi kami masih tetap sama, tentang hidup yang lebih meriah, rumah dengan halaman luas, dan teman sepe

menulis serius

Phd journey saya telah memasuki babak baru. Babak menulis. Saya memberanikan diri mulai menuliskan empirical chapter. Keberanian ini sangat dipengaruhi oleh dorongan dan senyuman paling manis dari teman seruangan saya yang tak henti-hentinya. Setiap hari, dia menyediakan dirinya untuk diajak berdiskusi, dengan ide-ide paling mengerikan yang tidak pernah saya pikirkan. Untuk Phd tahun kedua, yang fieldworknya baru setengah jalan, dan interpretasi datanya masih preliminary, menulis adalah hal yang membutuhkan keberanian. Tapi si mas dengan yakinnya, menyuruh saya menulis, karena menurutnya jika saya menulis saya akan lebih percaya diri dan memiliki sesuatu di tangan saya, bukan di kepala atau di angan. dia bahkan memberikan saya, chapter empiricalnya yang sudah beres, tiga chapter yang diselesaikan dalam satu bulan. Saya langsung ngeprint chapter si mas dan membacanya dengan takjub. Makan apa sih dia, kok bisa pinter banget banget. Joanna juga menyarankan saya menuliskan apa ya

Pertengahan ramadhan di Bonn

Alhamdulillah, saya baru saja berbuka puasa. Weekend seperti ini, pengajian Bonn selalu mengadakan buka bersama. Hari ini saya agak malas buat ikutan karena tempat berbukanya agak jauh. Kebayang harus nunggu nacht bus alias bus tengah malam dan sampai rumah cuma punya sejam buat nunggu sahur. Biasanya frieta teman saya yang di koeln nginap di rumah, jadi ada teman pulang. Minggu ini frieta absen ke Bonn. Lagian minggu ini si mas yang senyumnya manis itu lagi keluar kota. Jadi ingat minggu lalu, pas habis terawih, tumben-tumbennya si mas ngomong, "Mbak Sari, ayo kita pulang..." kemajuan luar biasa, jarang-jarang diajak pulang bareng, sampai digangguin sama anak-anak. Ya, itu intermezzo saja, bahwa di Bonn ini, ada si mas-mas yang bisa diajak pulang bareng habis buka bareng. hahaha.. Menu buka puasa hari ini adalah tempe goreng tepung. Tiba-tiba pengen gorengan. Kebetulan saya masih punya tempe di kulkas. Ini adalah tempe paling enak yang pernah saya makan beberapa ta

Ketika data saya hilang

Ketika kemarin pagi saya membuka file analis data yang saya kerjakan menggunakan software untuk pengolahan data qualitative, saya menemukan data saya amburadul. File script interview saya di dua folder sudah kosong dan yang paling mengerikan ratusan coding untuk 40 interview hilang tak berbekas. Saya bekerja hampir dua bulan dengan software itu. Mulai dari belajar menggunakan hingga mengcoding dan melakukan analisis awal. Setelah itu, saya menginterpretasi dan menerjemahkan hasil awal tersebut dalam bahasa Indonesia. Teledornya saya, saya tidak punya back up data untuk file tersebut, karena tidak terpikir akan ada incident error seperti ini. Alasannya karena biasanya yang hilang adalah file asli atau file hasil, bukannya file pekerjaan. Kejadian ini jadi pelajaran berharga buat saya. Pekerjaan apapun harus ada back upnya. Kebetulan saya bekerja di laptop baru dengan OS win8 yang sama sekali tidak ramah untuk mencari data yang hilang. Teman-teman saya berusaha membantu mencari

Catatan dari Global Media Forum 2014

Tiga hari kemarin, di Bonn, ada perhelatan tahunan, Global Media Forum yang dihosted oleh Deutsche Welle. Konferensi dan workshop tiga hari itu, tahun ini mengusung tema "From Information to Participation, Challenges for the Media." Peserta workshop datang dari seluruh penjuru dunia, jurnalis segala macam media, blogger, aktivis, mahasiswa, dan semua yang memiliki ketertarikan dengan kekuatan dahsyat media. Saya tidak mengikuti acara ini dengan full, tapi setiap hari saya mengikuti satu workshop yang saya sukai. Hari pertama, saya datang untuk melihat workshop tentang peran media dan NGO dalam memberitakan tentang komunitas yang tertimpa bencana. Ini berkaitan erat dengan tema research saya, jadi memang saya pilih dari awal. Hari kedua saya menyasarkan diri saya ke workshop cara membuat digital storytelling. Workshop ini mengajarkan cara membuat film pendek sebagai media bercerita yang lebih efektif. Sudah lama saya ingin membuat film pendek, entah kenapa kemarin kebetu

Catatan tentang perjalanan mengunjungi Andalusia

Saya yakin teman-teman sudah pernah mendengar tentang buku 99 cahaya di langit eropa. Bahkan mungkin ada yang sudah pernah membaca atau membelinya. Saya, sampai saat ini, hanya pernah menonton filmnya di Bioskop, bagian pertamanya, yang sejujurnya, berada di bawah ekspektasi saya. Padahal saya dan adik saya, bela-belain menontonnya ke bioskop, dalam kunjungan kami yang singkat ke medan, kami menyempatkan diri menonton di Bioskop. Hanya karena kebesaran nama buku tersebut. Namun, hingga saat ini, saya tidak ingin membaca buku itu. Saya percaya, setiap buku ada waktu yang tepat untuk dibaca. Setiap buku, tidak harus dihabiskan. Seperti ketika saya membaca Alchemist atau tidak pernah bisa membaca laskar pelangi hingga tuntas. Bedanya, buku 99 cahaya di langit eropa ini, garis besarnya pernah diceritakan oleh teman saya yang membacanya. Waktu itu, cara dia bercerita sungguh mempesona hingga membuat saya bertekat mengunjungi tempat-tempat yang diceritakan di buku itu. Maka, ketika a

Kali ketiga ramadhan di Jerman

Tahun ini, ramadhan ketiga saya di Jerman. Sejujurnya, sebelum ramadhan datang, saya agak khawatir dengan kemampuan saya bertahan untuk berpuasa dalam waktu lebih kurang 19 jam dalam suasana summer Bonn. Namun, saya mendapat banyak nasehat untuk berdoa, semoga Allah menguatkan saya berpuasa ramadhan ini, dalam segala suasana dan keadaan yang akan saya hadapi. Alhamdulillah, hingga hari ini, saya masih bisa bertahan. Meski hari ini, rasanya sungguh sesuatu. Mual, asam lambung berulah dan pusing sekali. Saya memutuskan untuk di rumah saja, tidak berangkat ke kantor. Tantangan berpuasa sebagai kaum minoritas, adalah menjawab berbagai pertanyaan dari teman-teman seruangan. Saya pikir, itu hanya bawaan mereka sebagai researcher yang terbiasa menggali informasi dan fakta dengan bersungguh-sungguh. Untuk urusan puasa yang sangat panjang ini, saya agak termegap-megap menjawab pertanyaan mereka. Maka dari itu, saya tidak ingin menampakkan kelemahan saya ketika berpuasa. Saya ingin terus t