Posts

Showing posts from July, 2013

teman baru saya

Seminggu lalu, saya tidak mengenalnya. Padahal mungkin saja kami berpapasan di jalan, berdiri bersebelahan menunggu lampu hijau, atau bahkan antri di supermarket yang sama. Rasanya saya seperti bertemu seorang teman lama saja, karena kami langsung bisa ngobrol ini itu tanpa sungkan. Saya masih terkesan dengan tawarannya menemani saya berbuka puasa. Kali pertama saya berbuka di sebuah rumah makan dengan seseorang yang bahkan tidak tahu dimana Indonesia itu. Pesanan kami datang, sepiring pasta buat saya dan salat untuknya. Dia mempersilahkan saya mencicipi makanan pesanannya. Saya mengambil sepotong keju dari piringnya tanpa malu-malu. Sambil makan, dia bercerita banyak tentang hidupnya. Mungkin karena dia belajar sejarah, dan sejarah adalah kumpulan kisah, maka dia sudah terbiasa berbagi cerita. Selera humornya cocok dengan saya, sehingga saya tidak berhenti tertawa sepanjang malam. Ketika hendak berpisah, dia membongkar isi tasnya, karena saya katakan, saya sangat

cuaca hari ini

Belakangan ini kerjaan saya bolak balik ngecek ramalan cuaca alias weather forecast. Ngeliat cuaca hari ini, ngeliat temperatur berdasarkan jam, ngeliat prakiraan cuaca untuk 10 jam, ngecek lagi buat yang tiga harian, lalu terakhir buka ramalan cuaca untuk sepuluh hari ke depan. then why saya segitu hebohnya dengan ramalan cuaca? Pertama, biar gak salah kostum. Kalau summer gini, cuaca cukup panas. Jadi saya pakai baju yang adem dan sepatu yang tidak tahan air. Payung bisa ditinggal jadi gak ngeberat2in tas. Kedua, kamar saya cukup panas kalau sore hari. Jadi secara mental sudah bisa menyiapkan diri untuk bergerah-gerah ria kalau tau besok bakal sangat panas Ketiga, kalau ada janjian, misalnya ni, hari ini saya ada janjian buka puasa bareng, ya bisa dipersiapkan saja untuk bergerah atau berpayung pas berangkat atau pulangnya. musim panas ini, saya senang sekali jika melihat langit mendung, artinya saya gak kegerahan. Hanya, saya tidak pernah ngomong kalau saya suka kalau ma

my research progress

Sekarang-sekarang ini, jangan tanya progress nulis saya. Kalau mau dijawab dengan jujur, masih nul kuma sekian sekian. Trus seharian di kantor ngapain aja? Biasanya saya tidak siap buat menulis. Masih ada celah pemahaman yang kosong, sehingga agak sulit buat nulis. Jadi celah itu harus diisi dengan informasi. Waktu saya habis buat nyari reference, ngeprint dan membaca. Anehnya informasi yang masuk kadang sama sekali gak berhubungan. Butuh waktu juga buat menghubung-hubungkannya dan menyusunnya untuk grand design research saya. Maafkan bahasa saya yang agak lebay. Mumpung bahasa Indonesia, jadi bisa sok-sok-an. Coba kalau bahasa Inggris, hehehe... speechless.. Jam-jam segini, jam habis salat zuhur, puasa-puasa gini, sungguh sebuah cobaan maha dahsyat. Lapar, ngantuk, pusing, campur aduk. Bawaannya pengen bobok siang. Oia, kemaren sepupu saya, nulis gini.. "Enak dong kak, jalan-jalan mulu.." Terus terang, saya gak tau mau jawab apa. enak mang kue? Jalan-jalan mulu

segelas cendol di Bonn

Kemaren, pas sommer fest di Essen, stand Indonesia menawarkan es cendol untuk pengunjungnya. Waktu itu, saya hanya melirik dari jauh saja, malu dunk ikutan antri sama pengunjung demi segelas cendol. Sempat nyari-nyari resep cendol, tapi kok effortnya besar sekali. Akhirnya pelan-pelan melupakan dan berharap ada keajaiban segelas cendol dalam waktu yang tak terlalu lama. Alhamdulillah, jumat kemarin, waktu pengajian IMB, cendol dan es teler terhidang manis di meja. Duh, saya sampai terharu biru, segitunya ya berkah ramadhan ini. Lebih dari itu, buka puasa kemarin, ada asinan bogor lengkap dengan kerupuk mie. Terakhir makan asinan bogor, di adelaide. Namun, rasanya yang segar masih sama, dan membuat saya jadi pengen mbogor hehe.. Selain cendol dkk, pengajian kemarin memberikan banyak ilmu baru buat saya. Ustadznya khusus diundang dari Indonesia dan memberikan materi tentang zakat. Sempat juga radio ASFE mengadakan siaran khusus untuk materi kajian islam online live dari Bonn. P

suddenly stranger

Image
Suddenly stranger, tiba-tiba jadi orang asing, jadi alien yang datang dari planet yang berbeda. Pernah  merasa seperti itu? Awalnya, semua hal kecil mungil, remeh temeh yang terjadi dalam hidup seseorang, saya tahu. Sayalah yang ingin tahu, semua dipantau, dicermati. Komunikasi berjalan dengan baik dengan memanfaatkan semua media yang ada dan beda waktu tak jadi masalah. Kalau yang dekat, update informasi dilakukan dengan copy darat. Ngobrol ke sana ke mari, mendengarkan lagu yang sama, bertualang ke sana kemari, menemukan padang bulan yang baru dalam pengembaraan bersama. Waktu berlari, menorehkan cerita dan pemahaman. Masuk ke dalam hidup seseorang, merasa nyaman di sana, menjadi bagian dari harinya. Semakin terseret ke dalam hidupnya, menyukai apa yang disukai, membenci apa yang dibenci. Kehilangan diri dan melebur dalam dunia baru. Menemukan diri menjadi kaya dengan khazanah hidup baru. Lalu terjadilah perang bintang. Serpihan meteorit, debu dan gaya tolak yang tak sanggu

Pagi yang penasaran

Pagi ini, saya penasaran sekali. Waktu di atas tram, naik seorang bapak-bapak yang saya curigai berasal dari Indonesia. Maka saya perhatikan dia dari jauh, sulit sekali memastikan, apakah beliau adalah orang Indonesia, mengingat bahwa raut wajah Indonesia itu beda tipis dengan Thailand, Malaysia, Philipina, kepulauan pasifik atau malah sama sekali bukan dari Asia atau Pasifik. Saya semakin penasaran, ketika ternyata kami turun di halte yang sama. Lalu ketika dia berjalan sambil mengeluarkan tablet sebagai petunjuk jalan, saya semakin curiga. Sebagai orang Indonesia, saya lebih suka bertanya daripada memakai alat navigasi. Kalau beliau jalan berdua tentu lebih mudah, karena bahasa merupakan alat pengenal paling akurat. Bahkan dari logat saja, saya bisa mengenali kampung halamannya. Satu hal lagi yang membuat saya ragu, beliau jalannya cepat sekali. Saya sebagai orang Indonesia, tidak terlalu suka jalan cepat-cepat, kecuali sudah terlambat. Tiba-tiba dia sudah jauh di depan saya. Tak

setengah ramadhan

Tidak terasa sudah setengah ramadhan terlewati. Dua hari ini saya tidak bisa menahan kantuk, jam 11 pagi, mata terasa berat. Maka saya bergegas turun ke meditation room dan mengambil kursi di pojok, 10 menit dan 15 menit cukup untuk membuat pikiran segar kembali dan kembali duduk di depan komputer. Tadi pas turun buat salat zuhur, saya melihat ada juga yang tertidur di kursi meditation room. ah, saya jadi ingat musala atau mesjid di Indonesia yang penuh oleh jamaah yang beristirahat atau berteduh dari teriknya hari. Mungkin wajar kalau saya agak ngantuk, malam sangat pendek dan terpotong oleh sahur di antaranya. Pagi harus segera bergegas ke kantor. Cuma weekend saja saya bisa sedikit memperpanjang tidur. Cuaca musim panas yang terik juga membuat puasa semakin menantang. Terawih juga, saya selalu harus membuka jendela. Kalau di rumah saya selalu menghidupkan kipas angin ketika salat, atau kalau di mesjid berdiri di bawah kipas angin atau dekat jendela. Begitulah, tapi selama ni

ramadhan alone

Pipit meminta saya menulis tentang pengalaman ramadhan di Jerman. Saya tidak tahu harus menulis apa, karena kali ini saya benar-benar hampir sendirian menjalani ibadah puasa ini. Saya baru tiga kali buka puasa bareng ditambah sehari buka bareng Yayang di Belanda, trus sisanya sendirian duduk memandangi hidangan berbuka dan menunggu azan. Kadang ada adegan tambahan, mengusap air mata yang turun tiba-tiba. Ah, mellow sangat, sendirian berbuka, dengan menu ala kadarnya. Bagaimanapun saya berusaha membuat suasana puasa terasa, dengan tetap memberikan nuansa berbuka di rumah. Misalnya, teh manis untuk berbuka dan kurma sepotong yang hampir selalu ada di rumah. Hanya saja, martabak telur, es skoteng, es teler, mie hun atau kue-kue penganan berbuka terlalu mewah untuk diadakan. Setidaknya saya masih bisa memanggil kembali rasanya dalam ingatan. Kalau sahur apalagi, semangkuk cereal tambah buah tambah susu, menu sarapan pagi yang diadaptasi jadi menu sahur. sungguh sesuatu sekali. Ah

kursi malas merah di tepi sungai rhein

sudah hampir jam empat sore, ketika Julie berdiri di depan pintu dan menngajak Maria untuk ngopi. Maria mengatakan ingin es krim dan Julie setuju. Saya akhirnya diajak juga, kata Maria, saya butuh udara segar, karena tadi pas break cuma turun sebentar ke meditation room untuk salat zuhur. Akhirnya kami turun dan berjalan ke kios es krim depan kantor. Udara cukup panas. Saya menunggu di luar ketika mereka memilih es krim. Akhirnya kami duduk di kursi malas warna merah menghadap sungai Rhein di bawah pohon. Ah, sungguh saya menikmati duduk dengan malas di kursi itu sambil memandang aliran sungai dan kapal satu dua yang lalu lalang. Ketika es krim mereka habis, kami bergegas kembali ke kantor. sebenarnya saya ingin tinggal lebih lama, menikmati angin dan tidur siang sejenak. Melupakan ini itu tentang research dan lain-lain. tapi lima belas menit ini ternyata cukup, untuk lari dari layar komputer dan menikmati angin sepoi-sepoi..

setahun ke depan

Alhamdulillah kabar baik itu datang juga kemarin, beasiswa saya diperpanjang. Program beasiswa saya agak beda, perpanjangan beasiswa dilakukan setahun sekali, bisa dikasi enam bulan, setahun atau malah diberhentikan tergantung performa kita setahun pertama. Evaluasi perpanjangan beasiswa ini agak ribet dan prosesnya panjang. Kalau saya, karena masih belum field research, ya cukup progress report dan rekomendasi supervisor. Kalau udah mulai nulis, chapter harus disubmitt juga. Makanya supervisor saya suka mengingatkan saya untuk rajin belajar dan menulis, katanya, ingat tentang kewajiban kamu submitt chapter. hahaha parah kabar bahagia ini juga disampaikan kepada supervisor saya, dan beliau mengirimkan email buat saya. Senang sangat menerima email dari beliau yang sangat sibuk itu. Agak deg2an ngebacanya dan saya harus membaca dengan seksama dua atau tiga kali agar mengerti, berhubung bahasa inggris bukan bahasa ibu untuk saya dan supervisor saya. Jadi, harus semangat ni buat se

menjelajahi wok

Hari ini, setengah hari saya habiskan membongkar-bongkar web of knowledge, salah satu web yang memberikan layanan untuk mencari reference dari berbagai sumber jurnal. Saya baru berkenalan dengan web of knowledge (wok) ini sebulan lalu, padahal aksesnya sudah ada sejak saya terdaftar jadi mahasiswa di Uni Bonn. Teman saya yang menyarankan saya untuk merujuk pada wok ini dan menginstal vpn di komputer kantor. Menurut saya wok ini, adek kakak lah sama google scholar dan manfaatnya kita bisa ngeliat semua kerjaan orang di bidang kita dengan kata kunci yang spesifik. Namun, masuk ke wok ini, seperti bertandang ke belantara tak ada rimba. Tak pernah puas untuk mencari dan terus menjelajah. Meski saya sebenarnya tau, setelah satu tahun menjelajah dengan kata kunci yang sama, sedikit sekali jurnal baru yang bisa ditemukan. Hingga akhirnya saya memutus koneksi vpn saya dengan uni dan kembali ke laptop. Duh kapan nulisnya, nyari bahan terus, dan parahnya cuma disimpan dan dibaca kapan-

cerita tentang kartu pos

Image
Kartu pos ini saya temukan di rak kartu pos, di sebuah toko suvenir di Ghiethoorn. Gambarnya lucu dan ketika saya perhatikan baik-baik, saya cuma bisa tersenyum miris.         sungguh dua kartu yang bisa berbicara banyak dan membuat saya merenung-renung..

patah hati yang tak seberapa itu

Kali ini, saya ingin berbagi tentang tips mengatasi patah hati dalam waktu sesingkat-singkatnya. Pengalaman berkali-kali broken heart membuat saya memiliki banyak alternatif "aktivitas" yang bisa dilakukan untuk meringankan mellow yang berkepanjangan. Ini yang saya lakukan seminggu kemarin dan cukup efektif membuat saya kembali agak normal dalam minggu kedua. Pertama, saya ingin memotong rambut. Namun, setelah sekian lama tidak gondrong, rasanya sayang juga memotong rambut. Pilihan kedua, makan cokelat. Berhubung kejadian ini bersinggungan dengan Ramadhan, maka cokelat yang sudah saya pilih dengan seksama, menjadi penghuni lemari es. Hanya pada waktu berbuka dan sahur, satu dua potong menggoda untuk diemut. Pilihan ketiga, jalan-jalan. Pilihan ini sepertinya cukup membantu. Apalagi kalau bisa mengunjungi sahabat di luar kota. Maka, rasanya seperti pulang ke rumah dan bertemu dengan keluarga sendiri. Melihat tempat-tempat cantik dan baru. Berfoto-foto dan menikmati peman

twice

Mungkin ini yang terbaik, semuanya terjadi ini semua, apakah ini semua? sulit sekali menjelaskan tentang ini semua. saya juga tidak tau kenapa tiba-tiba saya sudah berada di satu titik ketika ini semua terjadi. agar tulisan ini tidak terlalu "menyedihkan", ini semua itu bisa diumpamakan seperti pil pahit yang harus saya minum untuk mengobati sebuah penyakit. atau vaksinasi yang membuat badan panas dingin dan jarum yang harus ditusukkan agar kekebalan tubuh meningkat. selain itu, apalagi yang harus dikatakan? hikmah dan pelajaran selalu harus dibayar mahal. memaafkan dan mengikhlaskan dua kata yang mudah dikatakan sulit dilakukan meski tidak mudah, tidak mudah.. “This time I wouldn't forget him, because I couldn't ever forgive him - for breaking my heart twice.” ― James Patterson , Sundays at Tiffany's “Until this moment, I had not realized that someone could break your heart twice, along the very same fault lines.” ― Jodi Picoult , My

Ramadhan kali ini

Ramadhan kali ini, untuk pertama kalinya saya memulainya di Jerman. Tahun lalu, sepuluh hari pertama saya masih di Aceh dan dua puluh hari seterusnya di Dortmund. Puasa di Dortmund, saya masih bersama teman-teman satu batch, masih berdelapan, dan suasana masak bersama, sahur bersama, dan puasa bersama masih terasakan dengan baik. Hari pertama puasa, saya ikut training di kampus hingga jam 18:30, balik langsung ke rumah mira untuk buka bareng. Undangan buka bersama, puasa pertama ini sungguh membuat saya bahagia. Setidaknya saya bisa berbuka bersama teman-teman dan tidak sendirian mengawali buka puasa ramadhan ini. Menu buka kemarin, sungguh menu rumahan yang saya rindukan. Soto, telur rebus, dan bakwan jagung ala chef Mira dan pepes udang spesial buatan chef Sayed. Saya menyusupkan juice semangka, penawar dahaga yang hampir selalu ada di rumah jika berbuka. Tak lupa ada kurma, buah yang selalu muncul ketika ramadhan. Sahur di Bonn pukul 3.00 pagi dan berbuka 21:45 dengan cuaca so

memantul-mantulkan kenangan

Pagi ini saya tak sengaja mendengarkan lagunya "I try" Macy Gray dan versi-versi cover lagu itu yang tak kalah kerennya. Setelah mendengarkan lagu itu, sangat kuat godaan untuk tidak ke kantor tapi di rumah saja, memandang langit mendung sambil memantul-mantulkan kenangan. Pekerjaan tak penting seperti itu sepertinya menyenangkan dilakukan sekali-sekali. Lalu saya memutuskan untuk bersiap-siap berangkat ke kantor. Lirik lagu itu masih terdengar pelan di kepala saya.. Ah, saya jadi ingat dia yang selalu saya bisa dipersalahkan untuk semua hal bodoh yang terjadi dalam hari saya yang entah bagaimana mampu membuat saya tertawa dengan gaya humornya yang aneh yang sesekali saya "sepak" karena menyindir saya dengan pintarnya yang seringkali  menyebalkan karena tak membalas pesan saya kali ini, saya yang cegukan ketika mengucapkan selamat tinggal dan gamang ketika berjalan tanpa ingin melihat ke belakang lagi meski saya bisa tersenyum dan pretend that I am ok

memaknai research saya

Meeting dua jam saya dengan supervisor dan kolega PhD students membahas tentang progress kerjaan kami belakangan ini. Saya mendapat banyak masukan dan pertanyaan saya dijawab bergantian dengan teman-teman yang sudah lebih advanced dalam perjalanan researchnya. Banyak yang harus saya lakukan sebelum field research, menyiapkan ini itu agar research bisa berjalan dengan baik. kadang saya berpikir, apakah research saya ini cukup penting untuk diperjuangkan hingga tetes in**s terakhir? Pertanyaan itu tidak perlu terlalu lama menunggu jawaban. Kemarin gempa mengguncang dataran tinggi gayo. Korban jiwa dan harta kembali jatuh dan kali ini angkanya sungguh di luar prediksi. Penelitian ini harus saya lakukan bersungguh-sungguh, agar ada sedikit kontribusi untuk membangun community resilience atau disaster resilience. Bukan sekedar di atas kertas, tapi bisa diaplikasikan. Semoga, Allah Swt melindungi saudara dan teman-teman di Gayo.

kabar duka dari jauh

Sore kemarin, jendela fb saya terbuka seperti biasa dan saya sedang berkelana di youtube. Sebuah pesan masuk dari seorang sahabat dan saya membaca pesan itu berulang kali sebelum akhirnya dapat mencernanya.  Saya segera menelponnya dan tidak dapat menahan diri untuk larut dalam sedihnya. Topik ini, adalah topik yang paling saya hindari untuk membicarakan atau membahasnya. Hanya saja, dua malam sebelumnya, ketika saya menelpon sahabat saya itu,   kami membicarakannya cukup detil. “ ini sesuatu yang harus kita bisa terima kak, sebagai perantau ..” Ketegaran dan kekuatan sahabat saya, sungguh membuat saya tertegun dan memikirkannya lagi dengan lebih serius. Lalu saya kembali membahasnya dengan si ndut, kali ini kami memutuskan untuk berganti topik karena terlalu berat untuk kami. Pada satu kesempatan, dalam percakapan acak kami yang panjang, Ceceu menceritakan tentang pengalamannya ketika musibah itu terjadi padanya. Dia membutuhkan waktu satu hari sebelum bisa pulang k

what happened on June

Image
Sudah hari pertama bulan juli, juni sudah pergi meninggalkan kita. Banyak sekali yang terjadi di bulan juli, dan mungkin saya ingat atau saya lupakan. Juni yang kadang cerah kadang berhujan, seperti suasana hati yang turun naik. Lalu juni ini, saya mengambil keputusan penting untuk menurunkan semua hujan di hati saya dan dengan penuh sabar menantikan matahari yang semoga akan terbit dan membuat hati saya cerah kembali. beberapa catatan bulan juni, kembali menari, setelah sekian tahun vakum menari dan merasakan kembali excitingnya mendengar tabuhan rapai seorang sahabat saya kembali ke indonesia, saya menangis sedikit ketika melepasnya di bandara launching forum phd sharing memutuskan untuk "break" dari beberapa kegiatan sosial kemasyarakatan dan bertapa di gua mencari inspirasi doing stupid things, mengatakan apa yang harus dikatakan dan berakhir dengan beberapa konsekuensi jangka panjang yang mesti dibereskan pelan-pelan seiring waktu bekerja keras menyelesai