Posts

Showing posts from January, 2012

Genug

Aku tidak tau berapa banyak kata yang aku miliki hingga aku bisa berbicara, mengatakan isi hati, atau sekedar berkomentar Rasanya ingin aku menghitung, berapa sudah kata yang ada di kepala ketika aku bisa menuliskan padamu beberapa kalimat atau berlembar surat Sepertinya aku memiliki kata yang tak terhingga karena aku mengerti makna setiap kata yang kudengar Sebenarnya berapa jumlahnya kata yang aku pahami sehingga tak sulit bagiku membuat kalimat untuk gambarkan rasaku Dan beberapa bait puisi yang terngiang  hanya dengan memikirkan namamu Lalu saat ini, entah berapa kata yang aku miliki berlalunya waktu sulit bagiku memahami susunan huruf Semakin rumit bertemu rangkaian kata terbentur ketika menggetarkan pita suara terdiam lama, sebelum bisa berkata-kata, Hanya saja, untuk sekedar menulis Satu kalimat dalam bahasa itu, tentang perasaanku padamu bisa, tak perlu menghafalkan semilyar kata Ich liebe dich.. Cukuplah sudah.

menulis surat itu ternyata ..

Sejak SD sampai SMU saya memiliki banyak sahabat pena. Bahkan hingga kuliah masih menulis surat untuk sahabat-sahabat terbaik saya dengan tulisan tangan, berlembar-lembar, seperti cerita bersambung. Amplop surat selalu tebal dan saya selalu menjadi langganan pos keliling yang mangkal di kampus. Ketika surat digeser dengan email, saya masih menulis dengan hebohnya. Untuk sahabat dan orang-orang spesial dengan jumlah kata beribu-ribu. Lalu sekarang, dalam Testbeschereibung ituuuh, atau writing test dalam bahasa Jerman yang hanya minta 40 kata menulis sebuah surat atau email, saya terduduk lesu. Kertas jawaban penuh coretan dan tip-ex karena dalam ujian tidak boleh menggunakan pensil, sedangkan saya tak pernah berhasil menulis satu kalimat tanpa kesalahan. Satu kalimat saja membutuhkan pemikiran yang panjang. Galau dalam memahami maksud dan tujuan surat, yang tertulis dalam soal ujian. Ah, sungguh sesuatu. Banyak yang harus dipikirkan dalam menulis surat ternyata. Pertam

balada pejalan kaki

Salah satu mata kuliah favorit saya waktu kuliah master adalah Urban Environmental Management. Saya terkagum-kagum dengan proyek-proyek pengelolaan lingkungan perkotaan yang sangat inspiratif. Contoh-contoh yang diberikan profesor saya diambil dari kisah-kisah sukses pengelolaan wilayah kota yang ada di seluruh dunia. Beberapa memang dilakukan di Adelaide dan kami kunjungi dalam kunjungan lapangan yang mobilnya disupiri sendiri oleh si Bapak. Sebenarnya saya teringat kembali ke mata kuliah itu karena salah satu pokok bahasan tentang public transportation untuk daerah perkotaan, termasuk penyediaan ruang bagi pejalan kaki. Tadi pagi saya melihat sebuah video tentang seorang ibu yang memarahi pengendara motor yang mengambil hak pejalan kaki yang berkendara di atas trotoar. Trotoar yang lebarnya tak seberapa itu penuh dengan berbagai macam barang yang mengganggu sekali. Mulai dari dagangan, warga yang duduk mejeng-mejeng, pot bunga segede gaban dengan pohon penuh duri, kontur tr

tentang aku dalam pikirmu

Maaf, jika hidupku tak terlalu menyedihkan seperti pikirmu. Masih ada pelangi dan hujan yang turun pagi-pagi. Maaf, jika aku tak bisa menyenangkan egomu karena mengatakan aku bahagia saat ini. Bukan hidupmu saja yang berkilauan, hidupku juga penuh warna-warna pastel. Harapmu aku akan selalu terpuruk, mengeluh, dan tersudut. Tentu tidak, mentari masih berbagi terang dan sungguh tak ada lagi cerita kemarin. Mungkin tak harusnya dirimu bertanya dan ingin tahu.  Mungkin dirimu yang tak pernah lepas dari bayang masa lalu. Mungkin. Ya, seperti ini saja, lupakan aku, dan jangan pernah berpaling lagi padaku. Meski kita masih bisa berbicara tentang hari ini, aku pastikan esokku tak sekelam imajimu. 

ketika foto mengingatkan ...

Kemarin, sahabat saya sangat berbaik hati mengumpulkan kembali dan memilih foto-foto terbaik ketika kami menari saman di Adelaide dulu. Bertahun kemudian, foto-foto itu masih saja menyenangkan untuk dipandang-pandang dan dikomentari. Seakan waktu berjalan begitu cepat, yang dulu masih muda belia kini sudah mulai menjadi matang (kata lain untuk semakin dewasa, hehe) Sore ini, saya mengumpulkan kembali foto-foto kegiatan saya di SGDC. Sistem penyimpanan file saya yang amburadul membuat saya hanya menemukan beberapa saja koleksi foto kegiatan-kegiatan kami yang super heboh. Ah, saya jadi kangen masa-masa bahagia itu, bahagia entah galau? Semua foto itu seakan menceritakan kembali apa yang sudah terlalui. Buat saya, beberapa ingatan kadang terselip ke belakang, bukannya hilang, hanya nyempil. Foto-foto itu berhasil memanggil lagi kenangan yang tersempil tersebut. Jika foto-foto itu diperhatikan, perubahan jelas terlihat, dari bentuk dan lebar postur hingga warna penampakan. Hanya

Teman Temin

Sejak punya smartphone yang satu itu,  saya bisa dengan mudah bertemu teman-teman lama melalui grup yang mengundang kita karena ada pertalian sejarah.  Kemarin, tiba-tiba saya diundang oleh grup teman-teman SMP. Meski saya dimana dan teman-teman yang lain juga dimana, bisa berkumpul lagi dan ngobrol lewat fasilitas messenger yang ada di smartphone tersebut. Begitu cepat waktu berlalu, teman-teman yang dulunya masih culun sana culun sini kini tidak lagi.  Silaturrahmi yang terputus sekian lama bisa tersambung lagi. Temannya teman saya yang dulu waktu SMP, jangankan buat kenalan, buat negur aja tak pernah, sekarang jadi teman di dunia yang tak nyata itu. Dodolnya, beberapa yang saya accept berteman, saya tidak tau siapa namanya, yang mana orangnya, kelas berapa dulunya. Bukankanh waktu bisa mengubah seseorang? Waktu di Sabang saya pernah ketemu dengan teman anggota parte (partai/geng/kelompok) teman sekelas saya dulu waktu SMP. Mukanya sangat familiar, makanya saya tegu

Jakarta dan Ojek

Sejak di Jakarta, ojek menjadi pilihan yang paling sering saya ambil untuk bepergian sendiri. Pertama, waktu berkendara biasanya singkat. Tukang ojek tau jalan-jalan tikus yang bisa memotong jarak. Macet juga tidak jadi masalah, sepertinya semua tukang ojek mengerti cara membawa motor dalam kemacetan. Kedua, masalah harga yang bisa dinegosiasikan sejak awal. Pandai-pandai menawar dan mengukur jauh dekat tempat tujuan. Memang lebih mahal jika dibandingkan dengan kenderaan umum lainnya, seperti commuterline atau bis. Malah kadang lebih mahal dari ongkos taksi. Cuma kelebihannya dari awal kita sudah tau berapa yang harus kita bayar untuk jasa ojek tersebut. Kekurangannya, yang paling membuat saya mikir-mikir dulu sebelum naik ojek adalah keamanan dan keselamatan berkendara. Pengalaman saya selama ini : beberapa tukang ojek ngebut, melewati lampu merah, jalan di trotoar, dan yang paling horor, melewati palang kereta api yang mau lewat. Benar-benar uji nyali dan keberanian.

kota hujanmu...

Akhir pekan kemarin, saya ke Bogor. Sudah lewat tengah hari ketika kereta meninggalkan Stasiun Kota. Kereta CommuterLine penuh, beberapa orang berdiri, tidak kebagian tempat duduk. Langit Jakarta agak mendung. Perasaan saya campur aduk, sehari sebelumnya tante saya menelpon meminta saya menginap di rumahnya. Bertahun yang lalu, ketika masih kuliah, hampir setiap akhir pekan saya pasti pindah ke rumah tante saya.  Mencari kehangatan kasih sayang keluarga, makanan yang karib di lidah, dan tempat curhat paling menyenangkan. Setelah sekian lama, ternyata saya masih saja mencari hal yang sama. Ketika kereta tiba, tante saya sudah menunggu saya di stasiun. Rasanya waktu berhenti, tidak ada yang berubah.  Tante menyambut saya dengan ceria, berbagi cerita, dan menanyakan kabar beberapa teman karib saya waktu kuliah dulu. Sementara di luar jendela mobil, hujan turun dengan deras. Beberapa tahun lalu saya menikmati hujan dari dekat pintu, posisi favorit saya di duduk di angkot. L

dodol - me - dodol

Saya melakukan banyak ke-dodol-an akhir-akhir ini. Biasanya tidak sengaja, hanya saja, lebih karena ke-cuek-an saya maka sering kali saya mengulang-ulangnya. Padahal dalam keadaan normal jika ada seseorang melakukan hal yang saya lakukan pasti saya akan melihatnya sebagai sesuatu yang stupid, dan jadi lebih stupid lagi karena itu dilakukan berulang kali. Baiklah agar tulisan ini tidak semakin membingungkan, saya akan menulis hal-hal kecil yang sangat dodol itu   Membeli sesuatu tanpa mencobanya, alhasil ketika sampai di rumah “sesuatu itu” tidak sesuai, bisa kebesaran, kekecilan atau malah tidak berfungsi. Membeli sesuatu tanpa survey harga, alhasil ketika tanya ke toko sebelah harga barang tersebut dijual lebih murah Mencatat/melihat sesuatu tidak teliti sehingga salah dalam memberikan informasi lalu timbul masalah yang besar karena kesalahan kecil. Memberikan saran/pertolongan/komentar yang tidak diminta sehingga kalau terjadi sesuatu yang tidak sesuai merasa sangat ber

I am happy I am not

Satu sapa tiba-tiba Menanyakan hal-hal yang tak penting Seakan tak pernah ada jeda waktu menjauh Merusak dengan mudah semua lipatan kekuatan agar bisa lupa dan abai Hati merana sejenak membayangkan berapa hari untuk kembali Lupa dan abai dalam galau menunggu disapa kembali Karena sungguh aku senang kamu menyapaku sore ini..

Pekerjaan Impian

Tidak sengaja di kelas saya duduk di samping mas-mas yang punya pekerjaan keren. Hasil interogasi saya dan teman-teman sekelompok, si mas kerjaannya bolak-balik ke luar negeri. Setiap tahun agenda perjalanan dinasnya sungguh menggoda. Eropa paling sering jadi tempat meetingnya. Dia bekerja di perusahaan yang mewakili beberapa perusahaan asing yang berkantor pusat di eropa. Wajarlah kalau sering diundang meeting dan konferensi di sana. Menurut pengakuannya, kursus ini dibayarin sama kantornya, soalnya dia bolak balik ke Jerman tapi gak bisa bahasa Jerman. Saya jadi mikir, pekerjaan seperti itu harusnya yang saya cari. Full time traveller, part time staff. Bagaimana bisa dia mendapatkan pekerjaan semenarik itu? Selama ini, sebelum kenalan sama si mas, saya masih saja tidak percaya, ada orang-orang yang punya pekerjaan seperti itu. Rasanya too good to be true. Tidak masuk dalam khayalan saya yang paling tinggipun. Jadinya setiap istirahat siang, dia dengan senang hati berbag

tentang membaca

Hari ini saya meminjam dua majalah dari perpus kursus. Tentu saja bahasanya bahasa yang sedang saya pelajari. Setiap siswa diberi kuota lumayan buat meminjam di perpus dan masa peminjaman yang lebih dari cukup. Untuk majalah diberi dua minggu dan buku sebulan boleh dibawa pulang ke rumah. Selama ini saya seringnya pinjam buku cerita anak-anak bergambar. Hanya saja kemarin agak “tepeh” pas dibaca buku cerita anak-anaknya terlalu susah buat dicerna. Saya sudah underestimate sama buku cerita anak-anak. Bayangkan, buku cerita anak-anak masih saja terlalu rumit. Ah, membaca saja saya sulit. Hehe Maka hari ini beralih ke majalah. Lumayanlah, kalau gak ngerti bisa lihat-lihat gambarnya. Pilihan saya jatuh pada majalah perempuan yang ber-genre sama dengan femina atau kartini kalau di Indonesia. Judulnya Freundin dan Brigitte. Isinya ya kurang lebih sama. Sepertinya kebutuhan perempuan apapun warna kulitnya sebelas duabelas atau malah udah ada pakemnya. Kalau majalah  perempuan pasti

[ ... ]

Terima kasih telah menemaniku mengejar titik kantuk lewat tengah malam di hari jadiku.  Aku tau, percakapan sederhana telah menggantikan semua perdebatan panjang kita ketika hari semakin gerah dan jarak menjadi semu.  Padahal kiraku, kita akan berhenti berbicara.  Apakah semua kenyamanan ini hanya sementara? Apakah damai ini akan menjadikan kita sahabat terbaik hati? Semoga semua itu lebih dari cukup untuk sekedar bersandar dan berlabuh. Sebelum semua menjadi terlalu sulit dijelaskan melalui kata dan senyum. 

Zum Geburstag viel gluck

Tigapuluh tahun, hari ini. Untuk seorang perempuan, tigapuluh merupakan usia yang memasuki zona ketidaknyamanan dengan status single. Pastinya tekanan dari lingkungan semakin kuat. Hingga tadi pagi di kelas, teman sekelas yang umurnya masih belasan bertanya, “Tidak menikah dulu kak?” Awalnya dia berpikir saya masih duapuluh lima dan terkejut waktu tau saya hari ini tigapuluh tahun. Aha, hemat lima tahun. Pertanyaan yang sangat simple. Jawabannya yang agak tricky. Pertanyaan seperti ini sepertinya sangat wajar buat orang Indonesia walau ditanyakan pada orang yang baru dikenal satu hari saja. Hari yang saya jelang dengan galau ini ternyata tidak se-galau yang saya pikirkan. Mungkin karena sahabat-sahabat terbaik saya sebagian besar lahir duluan dan melalui ini duluan, jadi saya sudah banyak mendapat banyak pencerahan. Malah hari ini saya sangat bahagia dan bersyukur, tigapuluh tahun sudah diberi kesempatan untuk hidup. Lalu iseng saja saya membuat daftar 30 “wishes” unt

satu sore bersamamu

Duduk denganmu berbagi hari Potongan cerita kemarin berserak penuhi meja cerah warna gelas, sedikit pendar kristal serupa hatiku yang berpendar oleh tanyamu, “ maukah bertemu denganku ?” Duduk di belakangmu yang mengendara pelan “selamat ulang tahun” Bisik lirih dalam riuhnya rasa Akhiri sore yang sendu dan penuh rindu..

surat awal tahun

Selamat tahun baru Bang Thahar dan Bang Pojal, Tahun baru ini, semoga akan lebih baik. Semoga Bang Thahar menjalani hari-hari yang lebih baik di Kantor. Semoga Bang Pojal memulai semester baru yang lebih bersemangat. Minggu belakangan ini, ada satu berita di internet dan televisi yang membuat sari ingat dengan Bang Thahar dan bang Pojal. Menteri Perdagangan, mewajibkan PNS di lingkungannya memiliki TOEFL 600. Ramai sekali pro dan kontra. Namun Bapak Gita Wiryawan memang tak main-main. Si Bapak menganggarkan 6 Milyar untuk membayar guru dan menghitung-hitung kira-kira 3 tahun, semua pegawainya punya sertifikat TOEFL dengan nilai yang terbilang enam ratus koma nol nol. Program ini akan mengambil sedikit waktu PNS (yang biasanya buat ngupi-ngupi dan bertukar gosip) jam 8.00-9.30 pagi untuk belajar. Bukankah itu sangat-sangat keren? Tiga tahun lalu, ada tiga orang PNS di sebuah pulau di ujung barat sumatera yang menjalankan program yang hampir sama dengan yang digagas pak M

hingga tak perlu lagi ..

Keluar dari cerita biasa kita  melakukan hal yang berbeda pada satu hari yang cerah terbersit untuk mengurai mimpi masa depan menjadi sesuatu yang lebih, kisah yang bisa saja ditapaki berdua Apakah kita telah berdiri di tempat seharusnya ? dalam hari-hari mengenal yang karib Hingga tak perlu canggung lagi, saat bersisian menatap esok

gardening with ndut

I love gardening.  Mungkin bermula sejak di Adelaide, ngeliat tetangga kanan kiri punya kebun dan halaman rumah yang ditata keren. Salah satu kenalan kalau ngundang dinner memasukkan hasil kebunnya dalam menu makan malam. Kebun sayur dan buahnya sangat bersahaja, sore-sore sebelum dinner biasanya kami ngeteh sambil duduk di kebunnya. Mungkin dari sana saya jadi suka kebun. Pulang dari Adelaide, halaman rumah yang seadanya ditanami berbagai macam pohon dan tanaman boleh. Ya boleh minta. Pengaturannya gak jelas. Hanya saya suka sekali dengan tanaman air. Maka segala barang bekas dijadikan wadah tanaman air. Harusnya eksotis tapi malah jadi kacau. Pagi ini saya berhasil memaksa ndut menata kebun. Langkah pertama membersihkan tempat pembuatan kompos saya yang gak jelas. Ternyata daun dan ranting yang belum jadi kompos itu telah menjadi sarang semut. Sungguh perjuangan yang sangat hebat membersihkan daun dan ranting yang penuh semut api. Tangan dan kaki menjadi pelampiasan sem