Posts

Showing posts from May, 2011

Dear Mbak Cinderella

Dear Mbak Cinderalla, Apakabar Mbak? Aku mau curhat sama mbak, boleh ya mbak? Semoga email ini bisa mbak baca di sela-sela kesibukan mbak. Gini ceritanya mbak : Weekend kemarin aku seharian berkutat dengan proposal ekowisata mangrove Iboih. Malam Sabtu setelah informal meeting ma timku, aku targetkan menyelesaikan proposal writing dalam satu hari. Malam minggu, abrakadabra, proposal beres. Selesai salat Isya aku langsung masuk kamar, siap-siap buat mengakhiri hari, letih sangat. Mbak kenal Bebek kan? Ya itu dulu sepertinya aku pernah cerita tentang bebek juga ke mbak. Tidak terpikirkan sejam kemudian aku udah sama bebek menyusuri jalan kota yang macet parah. Mengurungkan niat melihat pameran city expo di Blang Padang dan memilih duduk di sebuah Kedai Pasta yang baru buka di seputaran Jambo Tape. Sepertinya kami pengunjung terakhir, hidangan dalam menunya sudah pada habis. Aku awalnya pesan Spaghetti tapi yang datang Fettucini, kompakan sama pesanan bebek. Waktu berjalan cepat, aku mas

Antara Sabang dan Banda Aceh

Ah, weekend lagi.. Let's go sailing my baby.. Meski tak pernah resmi, aku adalah salah satu anggota PJKA, Pulang Jumat Kembali Ahad. Perjalanan Banda Aceh-Sabang, hanya ditempuh 45 menit dengan kapal cepat. Biasanya di Kapal aku tidur, bangun tidur sudah sampai daratan. Kalau dari Banda ke Sabang, aku selalu membawa buku, itu waktu baca yang paling berharga dalam seminggu, 40 menit atau 30 menit sebelum kapal berlayar. Buku, jurnal, atau bacaan seberat apapun bisa aku selesaikan dalam waktu menunggu itu. Mungkin karena merasa sangat sayang waktu terbuang dengan terbengong-bengong. Kalau sampai Banda Aceh, sudah ada yang menjemput, dulu2nya waktu masih ada supir, si supir sudah menunggu. Sekarang lebih bahagia lagi, babahku yang menjemput langsung. Perjalanan pulang ke rumah biasa aku ngobrol dan meng-update perkembangan seminggu di rumah. Kalau di Sabang, aku udah punya langganan angkutan, jadi rasanya lebih nyaman. gak perlu buka mulut, tinggal duduk manis, pasti diantar ke rumah.

Malam itu, dia hanya berdiri di depan pagar

Dia hanya berdiri di luar pagar Meski dia memanggilku untuk keluar, tapi dia tidak ingin masuk dan aku tak ingin berdiri di luar bersamanya Dia hanya berdiri, tidak diam Aku melihatnya bergerak dalam kegelisahan Suaranya pelan bertanya, mengirimku pergi jauh Ia ingin aku pergi atau Ia ingin Ia pergi Aku tak tahu, setidaknya dia tidak membenci pagar itu Pagar itu tampak semakin kokoh Tinggi dan kelam, seakan-akan hanya angin yang bisa memaksanya masuk dia tidak akan membuka pagar itu atau melompatinya tidak akan pernah, pagar itu dihormatinya selalu sebagai batas yang nyata antara aku dan dia Lalu ketika malam itu pagar itu tak disentuhnya dan aku berhenti memintanya untuk masuk aku masih tak mengerti, dia tak ingin masuk, dan hanya berdiri di depan pagar - aku hanya ingin pagar itu menjadi sebuah perumpamaan tentang aku, itu batasku, bukan batasmu -

ketika semuanya terlalu mengagumkan

Semakin hari aku semakin menyadari, diperlukan kelenturan dalam menjalani hidup. Kelenturan untuk menghadapi apa saja setiap hari, merayakan semua kejutan, baik yang membahagiakan atau menyedihkan. Menurutku, selama kita menyadari semua yang terjadi akan segera berakhir dalam artian, tidak ada yang selamanya. Jika sedih pagi hari, sore hari berdoalah sudah bisa tersenyum lagi Kalau hari ini tertawa bersiaplah untuk menangis sedikit besok hari. Semua silih berganti datang dan pergi kapan dan dimana saja. Kalau istilah waktu kuliah dulu, pendekatan adaptive management, harus siap untuk berubah, dalam dunia yang penuh uncertanty dan stochastic ini, hitung-hitungan statistik harus selalu di luar kepala. Kepercayaan terhadap sesuatu harus diambang yang rendah, kesetiaan dalam level tertentu, kata-kata dijaga, tingkah laku dikontrol. Dalam situasi seperti ini, integritas diri yang harus dipegang. Percaya hati nurani, percaya insting dan intuisi, karena tak pernah pasti teman atau lawan yang

Writing for sure

Ini namanya gangguan dalam menulis. Pikiran-pikiran lain banyak yang berisik sehingga tak fokus menulis. Salah satu cara yang saya lakukan kalau hal ini terjadi adalah mengikuti atau memenuhi semua keinginan penyerobot itu, kadang-kadang saya malah kalah dan jadi gak jadi nulis. Pagi, niat datang pagi buat nulis laporan. Penyerobot satu namanya koneksi internet, berhasil dikalahkan sebelum berperang karena koneksinya mati. Selamat satu paragraf. Penyerobot kedua, rasa lapar dan haus. Tiba-tiba pengen sarapan, maka turunlah saya buat jajan. Makan pelan-pelan, tiba-tiba koneksi interenet tiba-tiba muncul. Maka penyerobot satu dan dua bersatu padu, makan sambil ngenet :) Selesai makan datang penyerobot tiga, tiba-tiba memikirkan begitu banyak hal. Haduh mana ni si Bos, saya mau minta ijin cuti sendiri sehari aja hari senin ini. Lalu pengen nulis di Bloglah, ha..ha.. ada-ada aja. Ya tak apa-apa, mood masih bagus, dan sendirian di ruangan, yang lain pada gotong royong (sebenarnya nulis juga

Konser Hari ini

Hari ini berhubung situasi memungkinkan untuk konser di ruangan, aku mutar lagu-lagu soundtrack jaman jebot. Featuring PADI Slank Dewa 19 Backing Vocal Aku dan Bang Mul (nyanyinya pada bagian2 serunya aja, Bang Mul suka tiba-tiba bersiul, sumpah, ngangetin, he..he..) sambil makan kacang sisa rapat kemarin.. Konser Beneran ni.. Terlempar ke masa-masa silam.. dengerin Bang Ari Lasso bersenandung.. Hati nelangsa, ah, jadi pengen balik jadi anak sekolahan.. - cinta kan membawamu kembali, kembali di sini menuai rindu, basuh perih -

Biarkan aku bayar lunas

Purnama semalam, dalam perjalanan menerobos gelap, kantuk mulai hinggap memanggil namanya pelan, hei, hei, kamu lihatlah purnama itu tertutup awan, semakin kelam dalam kantukku dalam diam yang panjang, sapamu pelan masih adakah satu kejutan atas nama keberanian berbicara bukankah batas itu bukan hanya sebuah garis maukah aku melangkah? Apakah telah terbuka, hatimu itu? aku ingin percaya, pada kata yang bukan kata atas nama cinta yang dapat dikonversi dalam luka atau tawa bahkan aku tak tau apa nama mata uang untuk cinta aku ingin membayarnya lunas Bila perjalanan ini terlalu menegangkan ijinkan aku pulang sebentar duduk di tepi pantai dan memandang purnama seperti pernah terjadi suatu waktu dulu mungkin itu dapat membayar semua keheningan yang terhujam dalam deras harapku, merekat hatimu dan hatiku - bermellow-mellow di sore hari sebelum pulang -

I am sorry Hong Tae SUNG

Baiklah Saudara-saudara, di harpitnas ini saya akan menulis tentang drama korea “Bad Boy” yang ditayangkan salah satu TV swasta pada jam istirahat siang saya. Pastinya alasan pertama saya menonton drama ini karena pemeran utama pria itu sangat-sangat cool. Tatapan mata, gaya, dan bahasa tubuhnya sungguh keren. Jalan ceritanya juga mengharu biru, dalam beberapa adegan, saya menangkap basah “mereka” sedang menangis dan matanya berkaca-kaca (bukan kaca nako). Biasanya saya gak terlalu tertarik dengan kumis tipis, tapi entah kenapa kumis seadanya itu sangat berkesan di wajah si aktor. Satu lagi, saya paling gak banget sama cowok yang pake sepatu pantofel tapi gak pake kaos kaki. Kali ini, si aktor saya biarkan tanpa kaos kaki dan menyebutnya sangat pantas. Ha..ha.. mudah sekali memberikan excuse-excuse itu ketika kasusnya terjadi pada orang-orang tertentu, apalagi pada orang-orang ganteng. Semua standar yang harusnya dipenuhi dibiarkan tak terpenuhi karena sungguh mereka kelihatan keren d

Hari Kejepit Nasional vs Hari Menjepitkan Diri Nasional

Kalau ada yang bertanya kepada saya, hari apa hari favorit saya (tanyatitou.com), saya akan langsung menjawab dalam sepersekian detik (bahkan yang nanya belum sempat menutup mulutnya), jawabannya : HARPITNAS (Hari Kejepit Nasional). Harpitnas, sepertinya hanya ada di Indonesia. Entah sejak kapan istilah “cuti bersama” menjadi populer lengkap bersama SK bersama menteri bahkan di Aceh, SK Menteri ini dikeluarkan lagi Keputusan Gubernurnya yang dikirimkan ke semua Kantor Pemerintah yang ada di Aceh. Termasuk ke kantorku yang ditempel di dinding Ruang untuk dibaca dan diingat-ingat. Kesadaran akan datangnya hari-hari libur ini sangat penting karena di luar hari-hari yang telah ditetapkan sungguh sulit meminta ijin dengan alasan-alasan yang jujur seperti acara keluarga, libur seadanya karena pekerjaan sudah sangat sangat “gak saya banget”, tiba-tiba pengen makan masakan mama, ha..ha.. Bisa langsung surat ijin itu dirobek kecil-kecil dan dimuaikan ke udara sama si bos. Ada juga hari-hari men

Mari Berwisata ke Sabang :)

Akhirnya saya mendapatkan foto-foto, peta, hasil survey, dan tulisan untuk mengisi konten potensi pariwisata Sabang untuk website kantor saya. Informasi tentang wisata sabang sepertinya sangat banyak tapi kali ini saya mendapatkan dari hasil survey yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh sehingga laporannya cukup detil. Hari ini saya berkutat dengan itu semua, memindahkan satu persatu ke laman-laman web. Artinya saya membaca isi dari laporan yang bermetamorfosis menjadi artikel tentang pariwisata Sabang. Ternyata meski sudah hampir enam tahun di sabang, masih banyak lokasi wisata yang belum terjelajahi. Informasi wisata yang saya punya masih sangat terbatas. Ya, mungkin karena saya berpikir, halah, masih di sabang ini, kapan-kapan juga sampai. Foto-foto eksklusif yang diambil si gondrong berbando itu begitu menggoda. Saya pengen ke Pulau Rubiah jadinya. Pulau ini sepertinya cukup merayu merindu. Saya juga ingin menjelajahi hutan-hutan mangrove. Berkenalan dengan fauna floranya, sekalian

The grey area between me and you

Sebenarnya saya adalah seseorang yang sangat-sangat ingin selalu memiliki pendirian yang jelas. Sederhananya, saya selalu harus memilih hitam atau putih. Apapun itu, kejelasan sangat perlu. Saya tidak suka sesuatu yang samar-samar dan terselubung, percampuran atau antara. Ya, itu dulu, kini ketika saya semakin dewasa, khususnya menyangkut love departement dan divisi perasaan dan rasa, saya memilih menikmati zona abu-abu. Zona yang penuh ketidakjelasan, sesuatu yang uncertainty dan stochastic. Halah, istilah apa ini. Mungkin karena saya sudah lebih paham, sulit untuk mencari jawaban tentang perasaan. Biasanya kenyataan akan datang menghadang, menunjang, atau mononjok, lalu saya harus menunggu untuk melihat skenario yang sesungguhnya. Bahasa kerennya hikmah dibalik semua kejadian yang terjadi. Kadang harus menunggu lama kadang tidak lama semua akan terjawab. Selama ini kenyataan belum berpihak, ibarat kopi, masih kopi pahit, tidak bergula dengan porsi satu gelas penuh yang membuat saya m

Obatnya bukan hanya betadine doang..

"Obatnya bukan betadine doang" ini adalah judul Cerpen yang pernah saya baca di majalah remaja yang tak terbit lagi. Ceritanya tentang seorang cowok yang patah hati dan dia menyadari kalau untuk bisa menyembuhkan luka tak cukup hanya sekedar mengoleskan betadine. Ya, ada hari-hari ketika kita tidak bisa menghindari diri kita dari luka. Kadang kita tidak begitu siap terluka karena selama ini kita menjaga diri kita baik-baik. Kemarin, saya terluka, seperti ditonjok, dan dua kali tonjokan membuat terhenyak. God, it feels very hurt. Lalu saya pergi ke kotak obat, memilih betadine yang paling tepat, untuk setiap luka ada betadine yang khusus. Kalau nenek betadine pertolongan pertama pada kecelakaan, efeknya cepat, tapi tidak terlalu ampuh untuk luka terlalu dalam (nenek malah suka mengorek luka lama..hu..hu..) My sister yang biasanya cuek banget, semalam entah feeling darimana, berbaik hati jadi betadine.. "Kalau ditonjok, tergantung apanya yang ditonjok, kalau cuma tangan di

Maulid Akbar di Sabang

Kemarin Maulid akbar di Sabang, jam tujuh pagi berkumpul dan mempersiapkan ini itu. Ini momen pertama ku berkecimpung di acara maulid, biasanya gak pernah lah ikut, entah dimana aku. Tahun lalu aja gak jelas aku dimana kok bisa-bisanya gak ada memori maulid di kepalaku. Pagi, bantu ini itu. Kayaknya yang paling keren itu kalau bisa ikutan bungkus bu kulah, nasi yang dibungkus daun pisang yang telah dilayur, berbentuk kerucut. Baru kemaren juga lihat, ternyata ada cetakannya jadi ukurannya sama. Bungkus membungkus itu butuh keahlian tinggi, sepertinya sudah ada yang telah terlatih, kecepatan tinggi, bungkusan rapi jali. Kalau aku, bantuin apa ya.. he..he.. bantu-bantu lah, masih anak bawang. Aku coba semua jenis pekerjaan, kecuali bungkus bu kulah. Dari dulu gak pernah naik pangkat, selalu jadi kenet alias pembantu umum. Kesimpulan akhir selalu, maulid itu makan-makan. Perbaikan gizi. Ada hari-hari ketika kita harus makan terlalu banyak, hari maulid salah satunya.. Nasi yang bau daun pi

Navigasi Buruk

Kemaren sore, arisan bulanan di kantor. Arisan ibu Dharma Wanita, meski cuma karyawati secara tidak tertulis diwajibkan buat meramaikan suasana. Acara dibuka dengan sambutan, bla..bla.. Lalu acara kocok-kocok nomor, lagi gak mood dapat arisan.. Aku celingak-celinguk, kok tak ada tanda-tanda hidangan datang, colek kak sri.. "Gak ada makan-makannya ya kak?" "Kita ada kunjungan ni ke tiga tempat, jadi makannya di sana.." Aku cuma ngangguk2, ngekor kak sri, nebenglah malas bawa motor sendiri. Kami curi start, berhubung rumah yang didatangi pertama udah pernah didatangi. Pe de habis, sambil ngobrol ngolor ngidul, sampai hampir nyium aspal, si kakak meleng. Mulai pelan-pelan didahului ibu-ibu pembalap yang lain. Lalu kak sri belok, tiba-tiba hilang arah, dan dibelakang tiba-tiba ngekor mobil ibu ketua DW serombongan. Panik dot com, "Kak, mereka ikutin kita, kayaknya mereka gak tau deh kak rumahnya dimana.." "Sar, kayaknya kita salah jalanlah, mang belok sin

And the show must go on..

Setelah cukup lama tidak melakukan meet and greet dengan penggemar-penggemar saya, maka semalam, setelah dengan komunikasi yang cukup intens saya bertemu dengan fans saya itu (menurut dia, saya yang nge-fans sama dia). Ribet sangat, komunikasi via sms, rada-rada gak nyambung, saya sampai malas ketemuan lagi. Sudah hampir dua tahun kami tidak bersua. Saat saya sudah tak bersemangat dia bersemangat. Satu yang saya pelajari dari kaum adam, kalau mereka sudah niat, apapun dilakukan. Termasuk menempuh perjalanan berkelok-kelok, menerobos hutan, dan berhadapan dengan monyet-monyet. Awalnya dia yang minta saya mengunjunginya di hutan belantara Sabang itu. Maaflah, saya takut sangat dengan monyet, apalagi agak-agak trauma pernah dikejar monyet. Lagipula saya harus merambah hutan itu seorang diri, tidak mau. Akhirnya dia yang mengalah, semalam dia yang turun gunung. Habis maghrib saya siap-siap. Nenek menyuruh saya makan, saya ngotot gak mau makan. Judul pertemuan kami kan dinner together. Akhi

Perpanjang KTP *suatu esai perjuangan*

Akhirnya selesai juga KTP saya. Tadi belum jam 8 saya sudah datang. Bodohnya (stupidipity ini sering sekali kambuh) karena mereka lagi apel senin saya menunggu dengan manis di luar, dan ketika mereka selesai apel, ternyata ruangan itu sudah penuh, saya dapat nomor antrian 94. Jam 11 baru saya dapat giliran. Satu jam pertama bertahan, jam berikutnya nekat jalan kaki mutar-mutar pasar Aceh, satu jam kemudian balik lagi menunggu untuk satu jam, baru saya dipanggil. Prosesnya Cuma 10 menit. Nunggunya hampir tiga jam. Jam dua siang KTP saya selesai, saya tersenyum di foto itu. Tidak dipungut biaya sepeserpun, malah dikasi plastik buat laminatingnya. Ah, senangnya.. sampai ketemu tahun 2016 pak, semoga masih ada umur panjang. Itulah happy ending dari cerita perpanjangan KTP saya. Kalau ini cerpen, maka saya ingin memakai alur mundur. Begini ceritanya.. Percobaan pertama, waktu itu saya masih dalam masa cuti pulang dari haji, saya datang sudah hampir jam sembilan pagi, hari jumat. Saya langs

Sarapan bareng Anang dan Ashanti

Saya sedang berusaha mencerna apa yang dikatakan pembicara waktu acara gender itu, tiba-tiba, hp teman saya berbunyi, hp kak eli, “Sar, lihatlah, si Mul sms..” Aku mengambil hp kak eli, membaca tulisan kecil-kecil di layar terang itu “Anang dan Ashanti dah jadian kak, tadi Mul lihat di Insert..” SMS dari bang mul, buat kak eli, tentang anang dan ashanti ternyata telah jadian. Kak Eli membalas sms itu “Tolong segera dikabarkan ke anak-anak yang lain, ya..” Anang, Kris Dayanti, Ashanti, Syahrini dan Rahul Lemos adalah teman-teman kami smua. Setiap hari ada saja cerita tentang mereka. Rasanya kami begitu akrab dengan mereka, melebihi kami mengakrabi tetangga kantor kami. Besoknya kak sri ngomel-ngomel.. “Mul, ke’ mang gak ada kerjaan ya.. ngapain ke’ sms si anang ma ashanti tu ke aku..” Bang Mul cuma tersenyum-senyum tanpa perlawanan dan kami semua tertawa. Itu baru intro, lalu semua kami mulai berbicara, mengeluarkan pendapat kami tentang jadiannya mereka. Seketika suasana begitu ramai,

dan kue itu bernama kuetansi

Mari menulis hal-hal kecil, hal-hal ringan. Lupakan dulu puisi-puisi itu, suasana hati dan inspirasi tak datang menyapa. Ya, mari kita menulis tentang hal kecil seperti kue. Ya, ada kejadian bodoh yang mungkin akan terlupakan ketika tidak ditulis. Sore itu aku dan nenek diberi tugas si mamak membayar kontrakannya. Lupa kenapa akhirnya kami yang diberi tugas mulia itu. Seperti biasa sebelum berangkat semua dicek, berhubung dua perempuan ini suka lupa ingatan. Uang sudah dibawa, sudah dihitung ulang. Tujuan jelas, maksud jelas. Ketika sudah meluncur, nenek baru ingat, dimana-mana kalau bayar membayar harus ada bukti, selembar kertas bernama kwitansi. Berhentilah kami di sebuah kios yang menjual segalanya termasuk kebahagiaan..he..he.. Kios itu di pinggir jalan, nenek menunggu di honda, aku yang turun membeli kwitansi. Pas aku masuk ke kios, ada beberapa pembeli yang sedang dilayani. Aku mendekat ke meja yang penuh dengan kue titipan orang yang berwarna hijau dan penuh mises warna-warni a

Mari membawa wadah ketika membeli makanan

Belum terlalu lama ketika aku dan nenek memutuskan membawa wadah jika ingin membeli makanan. Kami mulai membawa tupperware beraneka ukuran. Ada beberapa penyebab kami melakukan hal ini, Pertama, sejak bekerja aku punya banyak koleksi tupperware (bukan promosi). Awalnya iseng-iseng ngeliat katalog promosi wadah warna-warni ini, meski harganya ratusan ribu, tapi tetap saja sangat bahagia jika memilikinya. Hal ini juga karena ada seorang teman kerjaku yang bisa memberikan discount. Tanpa sadar koleksi tupperwareku lumayan banyak untuk ukuran anak kos-an. Kedua, aku dan nenek membaca, banyak artikel yang tidak menyarankan membungkus makanan, apalagi dalam kondisi panas dengan plastik, terlebih kantung plastik yang berwarna hitam. Jadi, kalau mau membeli makanan, dari rumah kami sudah merencanakan mau membeli apa saja lalu membawa wadah untuk semua makanan itu. Agak repot juga, membawa dua sampai empat wadah, tapi lama-lama jadi terbiasa. Kami paling malas menjawab pertanyaan-pertanyaan tuk